Sariawan : Penyakit Mulut yang Umum Terjadi Namun Kerap Diabaikan

09 March 2021 | Joo Izzi

Ditinjau oleh : dr. Della Sulamita

Penyakit mulut yang paling umum dialami oleh sebagian besar orang adalah sariawan. Penyakit ini bisa menimbulkan rasa perih yang sangat mengganggu. Rasa perih tersebut dapat menyebabkan penderitanya jadi malas berbicara, malas makan dan minum, atau bahkan mengalami gejala lain seperti demam.

Meski sariawan sering menimbulkan rasa perih hingga mengganggu aktivitas. Namun, penyakit mulut ini kerap diabaikan. Mengapa banyak orang sering mengabaikan sariawan? Padahal Ada obat yang bisa langsung mengurangi rasa perihnya sesaat setelah diterapkan? Dan, bagaimana pula cara merawat sariawan agar lebih cepat sembuh? Berikut adalah informasi mengenai obat yang ampuh dan cara mengatasinya.

Penyakit Sariawan

Sariawan yang dalam dunia medis lebih dikenal dengan istilah stomatitis aftosa atau lebih tepatnya recurrent aphthous stomatitis (RAS), adalah jaringan abnormal (lesi) pada rongga mulut. Istilah "aphthous" berasal dari bahasa Yunani "aphtha" yang berarti maag.

RAS bisa muncul sebagai ulkus (luka terbuka) berulang, berjumlah lebih dari satu, berdiameter kecil atau besar, berbentuk bulat atau lonjong dengan batas tepi yang tegas, bagian tengahnya berwarna putih kekuningan atau abu-abu, dan dikelilingi oleh lingkaran eritematosa. Umumnya, RAS pertama kali dialami pada masa kanak-kanak atau remaja. Meski demikian, sariawan juga bisa dialami oleh bayi.

Jadi, “sariawan” bisa didefinisikan sebagai, peradangan yang menimbulkan ulkus menyakitkan pada jaringan lunak (mukosa) rongga mulut yang timbul secara tiba-tiba dan tanpa penyebab yang jelas, serta sering muncul berulang.

Faktanya, sekitar 98% orang di dunia ini pernah mengalami lesi mulut tunggal ataupun lebih dari satu, yang muncul secara berulang. 80% penderita mengalami stomatitis aphtosa yang disebut sebagai sariawan minor, yang dalam dunia medis disebut Minor Recurrent Aphthous Stomatitis (MiRAS). Kurang dari 10% pernah mengalami sariawan mayor atau Major Recurrent Aphthous Stomatitis (MaRAS). Dan, 5-10% dari penderita RAS mengalami herpetiform ulceration.

1. Sariawan Minor

MiRAS yang juga dikenal dengan istilah mikulicz aphthae atau mild aphthous ulcers ditandai dengan ulkus dangkal berdiameter antara dari 5-10 mm atau kurang, berbentuk bulat atau oval, serta berwarna putih hingga kekuningan dengan tepi kemerahan.

Sariawan minor paling sering dijumpai pada bagian mukosa non-keratin seperti, mukosa labial, dasar mulut, serta mukosa bukal. Jumlahnya bisa terdiri atas 1 hingga 5 buah ulkus yang berkelompok maupun tersebar di beberapa tempat.

Penyakit mulut ini, bisa sembuh sendiri (self limited) tanpa diobati dalam kurun waktu antara 7-14 hari dan tidak meninggalkan bekas (jaringan parut).

2. Sariawan Major

Sekitar 10-15% penderita aphthous stomatitis pernah mengalami sariawan mayor atau Major Aphthous Stomatitis (MaRAS).

Secara klinis, MaRAS ditandai dengan ulkus yang dalam, berdiameter antara 1-3 cm. Sariawan mayor juga bisa sembuh sendiri tanpa diobati dalam jangka waktu antara 4 hingga 6 minggu. Meski bisa sembuh sendiri, namun MaRAS seringkali meninggalkan bekas luka (jaringan parut). 

MaRAS bisa terjadi di bagian mulut mana saja dari mukosa mulut, termasuk di sekitar mukosa berkeratin. Mulai dari bibir, bagian lunak langit-langit mulut, hingga daerah pangkal tenggorokan. 

3. Herpetiform ulceration

Herpetiform ulceration (ulserasi herpetiformis) atau disebut juga herpetiform ulcers (ulkus herpetiform) hanya diderita oleh 5% sampai dengan 10% dari semua penderita RAS.

Ciri-ciri sariawan jenis ulkus herpetiform adalah, ukurannya kecil dengan diameter antara 1-2 mm, meski ada juga yang berukuran antara 5-100 mm. Sariawan jenis ini sering muncul dalam jumlah banyak dan bergerombol. Bagian tengah luka biasanya berwarna abu-abu dan tanpa batasan yang jelas sehingga sulit untuk divisualisasikan.

Bagian mulut yang paling sering mengalami ulkus herpetiform adalah, tepi lateral, permukaan ventral lidah, serta bagian dasar mulut. Meski demikian, sariawan ini juga bisa timbul di setiap bagian mukosa mulut non-keratin.

Herpetiform ulceration juga bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan antara 7-14 hari. Herpetiform ulceration yang jumlahnya sangat banyak tersebut juga bisa menyatu dan menciptakan area lesi yang sangat luas.

Ulkus herpetiform lebih sering dialami oleh wanita yang berusia lebih tua daripada penderita RAS.

Tanda atau Gejala Sariawan

Meski bisa sembuh sendiri, namun kehadiran penyakit mulut yang kerap diabaikan ini bisa sangat mengganggu. Terutama, mengganggu aktivitas di rongga mulut. Seperti mengunyah, berbicara, dan menelan. Selain itu, kehadiran ulkus yang perih apabila tersentuh ini, juga bisa mengganggu proses pembersihan rongga mulut. Misal, kegiatan menyikat gigi atau berkumur-kumur.

Kemunculan sariawan biasanya tidak memiliki gejala atau tanda sistemik yang dapat dideteksi dari luar mulut. Pada umumnya, gejala yang muncul hanyalah berupa sensasi prodromal, sensasi gatal dan menyengat, hingga sensasi seperti terbakar.

Setelah sensasi tersebut muncul, biasanya lesi akan timbul dalam beberapa jam kemudian. Dimulai dengan munculnya rasa perih atau nyeri yang bentuknya tidak proporsional. Lesi bisa bertambah parah akibat kontak fisik dengan, makanan dan minuman yang bersifat asam serta abrasif, gigi, dan kawat gigi atau behel.

Nyeri paling parah biasanya akan terasa pada awal-awal pembentukan ulkus. Dan akan berangsur-angsur surut mendekati kesembuhan.

Sariawan di lidah dapat menyebabkan penderitanya kesulitan untuk berbicara dan mengunyah. Sedangkan sariawan di pangkal tenggorokan serta di langit-langit lunak dapat menyebabkan penderita kesulitan menelan.

Sariawan sendiri bisa dialami oleh seseorang secara berulang antara 3 hingga 6 kali per tahun. Beberapa orang mengalami sariawan yang parah yang ditandai dengan ulserasi konstan dan sulit sembuh, hingga menimbulkan nyeri kronis yang mengganggu kenyamanan saat bicara maupun makan. Dalam kasus yang sangat jarang, sariawan yang parah dapat mengganggu asupan nutrisi hingga menyebabkan malnutrisi dan penurunan berat badan.

Penyebab Sariawan

Penyebab sariawan sendiri belum bisa ditentukan secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang ditengarai menjadi pemicu munculnya peradangan atau ulkus.

Diantara pemicunya adalah, kondisi sistemik dan genetik, trauma, kondisi hormonal, penggunaan berlebihan sodium lauryl sulfate, imunologi yang tidak normal, stres, penggunaan obat-obatan (tertentu), serta faktor hematologis seperti: kekurangan vitamin B12, zat besi, dan asam folat.

1. Perubahan hormonal

Perubahan hormon paling sering terjadi pada wanita. Misalnya, ketika memasuki periode menstruasi, kehamilan, dan menopause. Sejumlah penelitian menemukan bahwa, permulaan dan fase luteal (paruh kedua siklus menstruasi) dapat memicu sariawan.

Laporan lain menunjukkan bahwa RAS umumnya meningkat selama kehamilan. Karena itulah, tidak mengherankan apabila wanita hamil sangat mudah dan sering mengalami sariawan.

2. Genetika

Para peneliti mengatakan bahwa riwayat keluarga, mungkin memiliki peranan dalam pembentukan sariawan pada seseorang. Hasil studi kasus sariawan dalam sebuah keluarga menunjukkan bahwa, sekitar 40% penderita sariawan berasal dari keluarga yang memiliki riwayat dengan sariawan.

3. Trauma

Trauma pada mukosa mulut bisa disebabkan karena, tak sengaja tergigit gigi sendiri, olahraga extrem, suntikan anestesi lokal, perawatan gigi, penggunaan kawat gigi atau behel, serta cedera akibat menyikat gigi terlalu keras. Gigi yang tajam atau penggunaan kawat gigi bisa memicu ulkus aftosa berulang.

4. Sensitif terhadap makanan

Sejumlah orang ada yang sensitif terhadap beberapa jenis makanan seperti, coklat, kacang tanah, kopi, sereal, strawberry, almond, rambutan, jeruk, keju, tomat, dan tepung terigu yang mengandung gluten.

Mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang telah disebutkan di atas secara berlebihan dapat menyebabkan potensi sariawan meningkat pada orang-orang yang sensitif.

5. Kekurangan nutrisi

Penderita anemia atau orang-orang yang kekurangan zat besi dilaporkan dua kali lebih rentan terhadap sariawan dibandingkan orang-orang yang mendapatkan asupan zat besi dalam jumlah yang cukup.

Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa 28,2% pasien diduga kuat mengalami sariawan akibat defisiensi vitamin B1, B2, dan atau B6. Setelah mendapatkan terapi pengganti vitamin. Para pasien tersebut semakin jarang mengalami sariawan.

6. Stres

Penyebab sariawan lainnya adalah stres atau cemas berlebihan. Dikatakan bahwa, stres dapat menyebabkan trauma pada jaringan lunak mulut dan menyebabkan beberapa kebiasaan parafungsional. Seperti menggigit bibir atau lidah secara tidak sengaja hingga menimbulkan luka yang berkembang menjadi sariawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Gallo dkk menunjukkan bahwa, tingkat stres biologis yang tinggi berbanding lurus dengan kemungkinan mengalami sariawan.

7. Penyakit celiac

Gluten sensitive enteropathy (GSE) atau enteropati gluten-sensitif adalah penyakit radang autoimun usus kecil yang dipicu oleh konsumsi gluten pada individu yang rentan terhadap protein gandum.

Seseorang yang sensitif terhadap gluten biasanya mengalami malnutrisi parah, anemia, sakit perut, stomatitis, diare, glositis, dan tukak mulut aphtosa.

8. Kandungan sodium lauryl sulfate

Menggunakan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulfate (SLS) dapat meningkatkan frekuensi terjadinya sariawan. Hal ini bisa terjadi karena kandungan SLS dapat menyebabkan penipisan jaringan mulut, sehingga rentan memunculkan lesi.

9. Kebiasaan merokok

Penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko kanker mulut, lesi mukosa mulut, dan penyakit periodontal. Penelitian menunjukkan bahwa, sariawan lebih sering dialami oleh para perokok dibandingkan dengan non-perokok. Yang unik, sariawan pada para perokok umumnya lebih sering dialami setelah mereka berhenti merokok dari pada saat aktif merokok.

Hal ini disebabkan karena, ketika aktif merokok, terjadi peningkatan keratinisasi mukosa mulut. Peningkatan tersebut membuat mukosa mulut menjadi lebih kebal terhadap ulkus. Namun setelah beberapa minggu berhenti merokok, terjadi penurunan keratinisasi mukosa mulut yang drastis. Sehingga menimbulkan sariawan, yang dalam beberapa kasus sangat parah.

Jika pengobatan dengan menggunakan obat sariawan konvensional tidak tidak berhasil, pasien disarankan untuk menggunakan tablet hisap nikotin. Rekomendasi dokter ini hanya berlaku bagi mantan perokok apabila obat konvensional tidak mempan.

Mikroorganisme yang Terlibat dalam Sariawan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, ada sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam patogenesis sariawan, seperti misalnya:

  1. Streptokokus oral. Mikroorganisme ini dianggap sebagai agen mikroba yang berfungsi sebagai perangsang antigenic yang dapat memicu produksi antibodi yang akan bereaksi silang dengan mukosa mulut.
  2. Helicobacter pylori. Atau yang dikenal juga dengan sebutan H. Pylori adalah bakteri gram-negatif yang sering dikaitkan dengan gastritis dan sering hadir di tumpukan plak gigi. Penelitian tahun 1997 menunjukkan bahwa bakteri H. Pylori yang tinggi menyebabkan, resiko sariawan, gangguan mukosa mulut, ulseratif dan non-ulseratif lainnya meningkat.
  3. Virus. Berbagai virus ditengarai sebagai penyebab munculnya sariawan berulang.

Cara Mengobati Sariawan agar Cepat Sembuh

Tidak ada obat spesifik yang digunakan untuk mengobati sariawan meskipun banyak terapi yang telah dicoba oleh para peneliti. Obat sariawan yang ada saat ini, sebagian besar ditujukan untuk mengurangi gejala seperti rasa nyeri, mengurangi jumlah dan ukuran ulkus, serta meningkatkan periode bebas penyakit.

1. Obat agen topikal

Terdapat beberapa gel yang dapat digunakan untuk melapisi permukaan sariawan untuk membentuk pelindung terhadap infeksi sekunder dan iritasi mekanis.

Agen topikal sering menjadi pilihan utama untuk mengobati sariawan. Karena cara penerapannya sangat mudah. Yaitu, dengan mengoleskan sedikit gel atau cream pada luka setelah dibersihkan. 

Setelah gel diaplikasikan, pasien disarankan untuk menghindari makan dan minum selama kurang lebih 30 menit atau sampai lapisan pelindung yang kuat tercipta.

2. Obat kumur

Obat kumur (mouthwash) biasanya mengandung antibiotik yang membantu mengurangi ukuran maupun durasi sariawan serta mengurangi rasa perih.

Obat Sariawan Penghilang Rasa Perih

Aloclair adalah contoh obat sariawan ampuh. Obat ini diformulasikan secara medis, serta hadir dalam 3 varian dan kemasan. Yaitu, kemasan gel, obat kumur (mouthwash), serta spray.

Aloclair telah hadir di 63 negara, termasuk di Indonesia. Obat sariawan ini terkenal ampuh karena bisa melapisi dan mengurangi rasa perih pada ulkus hanya dalam waktu 3 menit setelah diaplikasikan. Selain itu, obat sariawan ini juga aman digunakan untuk pada anak usia 6 bulan keatas dan ibu hamil atau menyusui.

Selain cepat bereaksi, obat ini juga terbuat dari bahan-bahan alami yang aman digunakan sebagai obat. Misalnya seperti, ekstrak tanaman lidah buaya (aloe vera), ekstrak kayu manis (cinnamon), hingga ekstrak akar manis atau licorice. Obat ini juga tidak mengandung alkohol dan tidak menimbulkan rasa perih ketika diaplikasikan.

 

Sumber:

Sehatq: Stomatitis

Wikipedia:Aphthous stomatitis

 


Artikel

Artikel Lainnya